Cara Berbicara untuk Mengurangi Depresi

11 comments
Daftar Isi [Tampil]
5 cara berbicara untuk mengurangi depresi
Bagaimana cara berbicara untuk mengurangi depresi? Sebenarnya tulisan ini berdasarkan pengalaman saya ketika mengobrol dengan orang lain baik yang dikenal atau tidak. Dan kondisinya saya tidak depresi akut, jadi tulisan ini terinspirasi dari buku Matt Haig berjudul Reasons to Stay Alive/Alasan untuk Tetap Hidup pada halaman 73-74.
Pada halaman yang saya buka berisi tentang kesimpulan pada bab Anak laki-laki tidak menangis yang isinya bahwa depresi tidak menyebabkan diri jadi buruk atau hilang nilai dirinya. Depresi tidak harus diakui, bukan juga yang membuat malu. Depresi sendiri adalah pengalaman manusia yang bisa dialami oleh berbagai kalangan dari remaja, muda, tua, dewasa baik laki-laki maupun perempuan, semua etnis, semua jenis kelamin, dll.

Kata Matt Haig untuk mengurangi depresi bisa dilakukan dengan bicara, mendengarkan, mengajak orang lain untuk bicara, mendorong orang lain untuk mendengarkan, dan perhatikan orang-orang yang ikut percakapan. Luaskan percakapan agar banyak hal yang dibicarakan. Tekankan dalam diri secara terus-menerus bahwa depresi tidak perlu diakui. Inilah inspirasi saya untuk menulis cara berbicara untuk mengurangi depresi.

5 Cara Berbicara untuk Mengurangi Depresi


Berbicara dalam ranah mental health menurut saya pribadi adalah tentang bagaimana cara berpikir, pendapat, sudut pandang, atau hal-hal yang ingin disampaikan ada yang mendengarkan maupun menanggapi. Tidak harus berbicara secara langsung jika tidak bisa, melalui media sosial pun bisa berinteraksi dengan banyak orang. Berikut cara berbicara dari pengalaman pribadi saya:

1. Berbicara dengan Orang Terdekat

berbicara dengan orang terdekat
Ajaklah orang terdekatmu untuk berbicara. Bisa itu pasangan hidup, teman, orang tua, saudara, atau siapapun yang bisa diajak bicara dengan baik dan santai. Buatlah percakapan yang bisa memancing diri agar tidak melamun terlalu lama.

Dari berbicara dari keseharian, permasalahan hidup, kisah lucu, atau apa saja yang bisa dibicarakan asalkan baik. Jika membutuhkan teman curhat yang serius lakukanlah pada orang yang terpercaya.

2. Berbicara dengan Orang Asing


Kok bisa bicara dengan orang asing bisa mengurangi kesuntukan pikiran? Yups, berbicara dengan random orang bisa mengurangi hal-hal yang mencemaskan diri. Caranya dengan melakukan perjalanan yang santai dan ajaklah orang-orang yang ditemui di perjalanan.

Boleh teman satu duduk di transportasi umum, berbicara dengan penjual, saptam, orang-orang yang sedang berkunjung ke tempat yang sama, dan siapa saja. Nanti tanpa disadari akan mendapatkan cerita-cerita lawan bicara dan mengutarakan pendapat kita ke orang lain.

Dari berbagai perjalanan yang saya hadapi banyak menemukan kisah yang tak terduga. Cerita yang pernah didapatkan dalam perjalanan mulai dari seorang ibu yang harus bolak balik naik kereta, naik angkot/online untuk melakukan rehabilitasi anaknya yang autis.

Seorang ibu yang harus menjadi single parent dan harus meninggalkan anaknya setiap malam. Seorang istri yang harus hidup bersama dengan keluarga suaminya yang kurang menyukai cara mendidik anaknya dan cara hidupnya. Seorang menantu yang dibandingkan dengan mantan menantunya. Seorang istri yang harus menghadapi fitnahan adik iparnya. Seorang anak perempuan(sudah jadi ibu) yang mencari ibu kandungnya yang diculik. Dan masih banyak cerita-cerita dari sebuah obrolan dengan random. Mereka tidak mengeluhkan penderitaan mereka tapi menceritakna bagaimana menghadapi persoalan hidupnya.

Obrolan-obrolan ini didapatkan saat keadaan baik-baik saja atau ketika diri sedang banyak pikiran. Jadi bisa mengalihkan apa yang dirasakan dan punya harapan untuk melangkah ke depan. Itu yang dikatakan oleh Matt Haig dari mengobrol akan muncul harapan baru.

3. Aktif di Komunitas/Kelas/Grup Online

aktif di komunitas online/ kelas online/ atau grup online
Di masa pandemi yang belum bisa dikatakan baik-baik saja, cara untuk berbicara bisa dilakukan dalam wadah online yang sesuai dengan visi dan misi. Dalam komunitas yang memiliki hobi sama. Kelas-kelas online untuk upgrade diri. Atau mengikuti tantangan yang bisa mencurahkan dalam bentuk tulisan maupun berbicara lewat webinar/live streaming. Atau menggunakan podcast untuk berbagai pikiran dengan orang lain.

Aktiflah dalam grup-grup online yang di situ merasa nyaman. Saya ada dua tujuan dalam mengikuti grup online pertama untuk kelas blog maupun komunitas blogger dan komunitas baca. Dari kedua grup tersebut saya bisa mengungkapkan tentang pikiran saya tentang menulis maupun membaca. Seperti tulisan ini salah satunya untuk menuangkan pikiran saya dalam bentuk blog.

4. Berbagi di Media Sosial

aktif berbagi di media sosial
Di bagian ini saya perlu tegaskan bahwa yang dimaksud berbagi di media sosial bukan berisi keluh kesah melainkan hal positif yang kita sebarkan. Media sosial bukan tempat untuk mencurahkan semua kekesalan dalam diri. Hal ini bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri jangan sampai oversharing.

Berbagi di media sosial bisa hal-hal terkait hobi kita. Terkadang bercerita tentang kesulitan yang terjadi tapi bukan yang merasa menjadi korban. Melainkan bisa mencari sudut pandang dari orang lain dengan meminta pendapat. Seperti tulisan ini juga hasil pikiran random di status whatsapp.

5. Berbicara dengan Profesional

lakukan kunjungan ke psikolog, psikiater, konselor dan lainnya
Ketika pikiran sudah tidak bisa diatur diri lagi, tidak tahu harus melakukan apapun, tidak tahu harus bicara apa ke orang lain, ketiga cara diatas sudah tidak mempan atas kecemasan diri/ kesuntukan/ kelelahan maka berkunjunglah ke profesional.

Siapa saja yang bisa diajak bicara secara profesional? Orang-orang yang berprofesi sebagai psikolog, psikater, konselor, maupun coaching mindfulness, atau orang-orang yang berkecimpung terhadap pembenahan diri.

Carilah informasi terkait orang profesional yang bisa mengarahkan, mengulik permasalahan, menjelaskan sedang kondisi apa, dan lain sebagainya. Jika tidak segera ditangani akan menjadi depresi akut. Selagi masih awal ketidakjelasan maka segeralah berkonsultasi.

Jangan takut akan stigma dari orang awam bahwa mereka yang pergi ke psikolog dkk adalah orang gila, itu salah. Persoalan depresi adalah penyakit kejiwaan yang bisa disembuhkan dan tidak terlihat secara kasat mata. Sekarang ini sudah banyak kampanye tentang isu kesehatan mental. Jadi orang-orang sudah banyak yang memaklumi, mendukung, dan mengajak untuk hidup lebih baik lagi.

Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak sedikit-sedikit beralasan terkena depresi atau mental illnes untuk mendapatkan permakluman. Dan tidak semua kekalutan hidup adalah depresi. Hindari mendiagnosis sendiri sebelum ke profesional. Siapa tahu hanya butuh teman curhat yang bisa dipercaya.

Cara berbicara untuk mengurangi depresi bisa dilakukan yang menurut kamu paling nyaman saja. Atau sekali-kali bisa mencoba hal-hal di luar kebiasaan diri. Hidup bahagia adalah pilihan, mau diam dipersoalan itu saja atau melangkah ke depan. Setiap orang yang sebelum dan sesudah mengalami persoalan akan memiliki pribadi yang berbeda. Jika bisa menghadapi akan menjadi orang yang kuat.

Related Posts

11 comments

  1. aku setuju banget sama poin no 2 mbak
    dulu sewaktu sebelum pandemi aku sering banget jejalan naik kereta kalo weekend. apalagi kalo lagi stress banget udah deh bangun langsung ke stasiun beli tiket yang mendekati jam. sampe di lokasi tujuan pun biasanya aku langsung beli tiket balik 😂

    mungkin bagi sebagian orang hal ini terlihat 'aneh' atau kurang kerjaan. tapi dengan kegiatan ini aku bisa ketemu banyak orang beragam. dan tentu cerita mereka yang menarik. bahkan terkadang dari cerita mereka aku seolah dapet jawaban hehe 😁

    ReplyDelete
  2. "Berbicara" itu memang suatu seni ya... Bisa juga dijadikan sebagai suatu metode terapi.
    Saya sendiri kalo bicara wajib jadi diri sendiri, biar gak tertekan...
    Makasih ya kak... Artikelnya bagus, membuka wawasan banget

    ReplyDelete
  3. Saya termasuk yang susah bicara jika sedang ada masalah, finally masalahnya melarut di hati eaa....
    Tapi kalau ada orang yang bener-bener deket danbisa dipercaya (seperti poin nomor satu di atas), biasanya bisa bicara sih

    ReplyDelete
  4. Kita butuh bicara untuk menyeimbangkan apa yg masuk kepala dan keluar dari pikiran. Kalo ini macet, nanti jadi stres trus depresi hehe

    ReplyDelete
  5. ini tips yang cocok banget buat orang sanguinis atau yang meiliki kepribadian ekstrovert tapi untuk orang tertutup tidak mudah melakukan ini .

    namun di pernyataan melakukan sesuatu diluar kebiasaan aku sepakat sih . ini sangat random tapi aku rasa pas buat orang tipe ektro atau introvert

    ReplyDelete
  6. Ini kali ya yang disebut language is an art. Bahasa itu sebuah seni, bukan hanya seni berkomunikasinya, tapi juga seni mencari lawan bicara. Menemukan ornag yang tepat buat diajak komunikasi. Kalau yang dengan ornag asing, biasanya kalau perjalanan jauh dan naik angkutan umum baru ngobrol, sharing.

    ReplyDelete
  7. Aku suka sih ngobrol sama orang asing lebih tepatnya sama orang baru. Makannya aku sebenarnya lebih suka kerjaan yang sering ke luar kota dibandingkan cuma dikantor ketemu orang yang sama. Dari perjalanan itu tuh jadi banyak dapet cerita baru yang menarik dan dijadikan pelajaran.

    ReplyDelete
  8. iya sihkak, akupun kadang no gadget dan lebih memilih ngobrol dengan orang terdekat atau orang yang ku percaya buat sekedar sharing. ngobrol ngalor ngidul dan itu cukup mengurangi stress....

    ReplyDelete
  9. Wawww, aku baru tahu kalau bicara bisa mengurangi depresi.
    Karena kalau lagi suntuk atau sedang banyak pikiran, dan awut2an malah jadi malas bicara juga kan yaa.
    Bisa dicoba. Makasiih sharingnya mba Nov

    ReplyDelete
  10. Apalagi buat emak-emak, butuh banget bicara biar nggak depresi, eh, nyambung nggak sih ini komenku wkwk

    ReplyDelete
  11. Berbicara dengan menulis di blog juga ya? depresi emang butuh ruang untuk membuang sampah pikiran ya nggak sih, kalau dipendam jadinya malah sesek ..

    ReplyDelete

Post a Comment