Mengobati penyakit jiwa bagi siapapun yang merasa sudah jauh dari Allah SWT. Sesi ini saya mau cerita bagaimana kondisi kejiwaan beberapa hari yang lalu. Saya sudah melakukan ritual ibadah. Sholat lima waktu, berdzikir, membaca Al-Qur-an tapi rasa sedih masih mengalir di pikiran dan emosi. Akhirnya baca-baca bukunya Buya Hamka dengan judul Lembaga Budi. Ternyata ada bab tentang sakitnya jiwa.
Saya membeli
buku ini sengaja untuk bahan perenungan jika sewaktu-waktu iman sedang turun. Masya
Allahnya tantangan ODOPICC bertemakan kesehatan. Karena kesehatan tidak melulu
tentang fisik juga psikis alias jiwa. Jiwa yang sehat akan mempengaruhi fisik. Saling
berkaitan. Hanya saja sakit psikis kadang tidak terlihat atau pun ada tandanya.
Kadang pula lalai untuk mengakui bahwa jiwa sedang tidak baik-baik saja.
Imam Al Ghazali dalam Mengobati Penyakit Jiwa
Manusia dilahirkan
dalam kondisi seimbang. Seimbang jiwa dan raganya. Jiwanya masih jernih dan
bersih dari segala buruknya dunia. Raganya masih tahap penyempurnaan sampai
pertumbuhannya yang menyempurnakan. Setelah itu seimbanglah raga dan jiwanya.
Jiwa dan
raga akan berubah seiring sentuhan dari luar. Jiwa akan berubah karena didikan,
pengetahuan dunia maupun akhirat. Tapi akan rusak jika diajarkan perangi yang
salah atau pengetahuan yang salah. Jalan hidup yang tempuh bisa jadi jalan yang
salah.
Jika jiwa
yang sehat diberi didikan akhlak yang baik dan pengetahuan yang baik pula. Kemungkin
besar akan menuju jalan yang benar. Begitulah perjalanan jiwa mengikuti apa
yang sudah diasupkan padanya.
Jiwa yang
sakit inilah perlu diobati. Jika raga sakit karena keseimbangan asupan makanan
salah atau perubahan udara segera diobati melalui dokter. Jiwa pun kalau sakit
harus diobati oleh ahlinya yaitu ulama. Cari ulamanya juga jangan asal yang
mengerti penyakit jiwa.
Obat untuk
menyembuhkan badan rasanya pahit dan tak enak ditelan. Begitupun dengan jiwa. Untuk
mengobatinya harus dilawan dengan yang menangkalnya. Tapi sebelum mengobati
perlu adanya pemeriksaan. Agar tidak salah memberikan resep obat.
Tidak mungkin
penangannya sama penyakit anak kecil sama dengan orang dewasa. Sebelumnya perlu
dicari sebab musababnya apa barulah diobati. Agar obatnya manjur tidak hanya
dilakukan sekali dua kali tapi berkelanjutan.
Misalnya punya
rasa penakut maka diobati dengan cara merantau. Namanya merantau perlu jiwa
yang berani. Penyakit bodoh diobati dengan belajar. Dengan bertambahnya ilmu
pengetahuan kebodohan akan berkurang atau hilang. Penyakit bakhil pengobatannya
dengan sifat pemurah. Orang yang sombong pengobatannya dengan tawadhu’.
Takaran untuk
pengobatan jiwa misalnya sakit jiwa masih awal-awal diobati dengan cara rukun
suci, beribadah dan ibadah lahiriah lainnya. Orang yang suka mengambil harta
orang lain harus melepaskan harta haramnya. Tidak boleh dalam pengobatan masih
menyimpang di dalam tubuhnya.
Orang yang
doyan makan sampai berlebihan dilatih dengan cara berpuasa. Agar bisa menahan
nafsu makannya. Pokoknya resepnya tidak boleh melebihi dari kapasitas pemilik
penyakit atau terlalu enteng untuk dilakukan.
Dalam proses
pengobatan biasanya tidak mengenakan. Tapi untuk mau sembuh dari penyakit jiwa
maka harus tahan dalam melakukan sikap yang berlawanan sakitnya. Harus ‘latihan
jiwa’ berkali-kali. Karena sakit jiwa akan dibawa sampai maut memisahkan. Jiwa selalu
menempel pada tubuh. Jangan sampai dibawa mati. Segeralah cari penyembuhnya
agar hidup kembali ke jalan lurus.
“Dan adapun orang yang takut akan maqam Tuhannya, dapat menahan diri dari pengaruh hawanya, maka surgalah yang akan menjadi kediamannya.” (Qs. An-Naji’at(79): 40)
Pengobatan jiwa
dengan amalan yaitu menyedekahkan harta
dan menafkahkannya dengan yang pantas tidak sampai memboroskan. Karena boros
adalah kelalaian. Maka ambilah jalan tengan untuk mengobati jiwa.
Keutaman dalam
latihan jiwa adalah keteguhan ‘azam(tekad). Tekad saja tidak cukup harus
dibarengi dengan sabar dan terus berkelanjutan. Jangan sampai berhenti di
tengah jalan. Kalau nafsu untuk berhenti muncul dan bertahan lama dijiwa maka
rusak sudah latihannya.
Sampai sini
pembahasan mengobati penyakit jiwa. Masih ada lanjutannya silahkan baca bukunya
Buya Hamka. Saat saya membaca kembali pun sedih rasanya kenapa tidak
mempraktikan apa yang ada di buku. Begitulah semakin banyak pengetahuan
bukannya bertambah akal bisa jadi malah terlupa atau hilang ilmu sebelumnya.
Terima kasih sudah mampir.
wah ini menampar banget sih, ternyata banyak hal yang membuat jiwa kita jadi berpenyakit ya mbak. dan tentu semua penyakit itu ada obatnya.
ReplyDeleteapalagi itu penyakit penakut diobati dengan merantau, emang yang namanya obat juga nggak enak pahit, ada yang minumnya sambil makan pisang.
harapannya pisang itu bisa menghambarkan pahitnya obat, kayak orang yang mengimbangi dengan amalan lain seperti tilawah quran.
karena jika seseorang yang makannya banyak tapi tidak disibukkan dengan ibadah orangnya pun bakal merasa kesulitan dan bisa berhenti di tengah jalan ya mbak.
pagi-pagi dah dapet pengingat yang mantul, banyak pelajaran yang diambil dari kunjungan ke blog ini
aku pun teringatkan kembali gara-gara baca bukunya.
ReplyDelete