Review Novel RE:

Post a Comment
Daftar Isi [Tampil]

RE: Kisah Dunia Malam

Review RE: Kisah Dunia Malam


“Semoga Tuhan menempatkan di surga para pemikir viktimologi yang tegas mengatakan, negara turut bersalah dalam terjadinya kejahatan, dan karenanya negara harus memberikan kompensasi kepada korban, di samping memungkinkan adanya restitusi yang diberikan oleh si pelaku kejahatan kepada korbannya.” Hal 108

Dengan latar belakang tahun 80-an akhir, di kota Jakarta telah memberikan kisah pilu mereka yang bekerja sebagai pemuas hawa nafsu. Salah satunya adalah Re: seorang perempuan yang berprofesi pelacur lesbian. Tidak hanya pekerjaannya yang di hina, keselamatan mereka pun tak diperhatikan. Baik keselamatan secara fisik(kekerasan, kesehatan) dan psikis (emosi, jiwa dan pikiran).

Orang-orang yang terkoneksi dengan pekerjaan ini hanya mementingkan uang, tubuh si perempuan sehat dan pelanggan.

Dunia malam seperti lingkaran setan yang tiada putusnya. Jika ingin keluar dari pekerjaan, sulit untuk diterima masyarakat luas. Sehingga mereka tetap kembali di dunia gelap ini hanya berbeda statusnya. Yang sebelumnya melayani hawa nafsu menjadi penghubung antara pekerja dan pelananggan.

Jika pun ingin keluar harus menanti utang lunas yang disodorkan oleh mami. Utang yang tak disadarinya sebagai rantai pengikat pekerja untuk tidak lepas. Utang dikarenakan oleh biaya hidup si pekerja ini, dengan harga semaunya. Misalnya biaya kosmetik, dokter, makanan dan lain sebagainya dengan biaya diluar standar pada umumnya.

Semakin bengkaklah utang yang diberikan mami kepada pekerjanya. Jika pun mau keluar setelah lunas, belum tentu nyawa masih dibadan. Keserakahan orang untuk menguasai dunia gelap tidak ingin memiliki pesaing dari bekas pekerjanya.

Beruntung Re: bertemu suami istri yang baik budinya mau membesarkan anaknya.

Pekerja seks tidak hanya dengan latar belakang orang miskin, banyak dari mereka dari kalangan elit. Entah artis, direktur atau istri pejabat. Berbagai alasan mengapa mereka ingin masuk dunia ini.

Bacalah buku ini mengajakmu kesal, sedih, kecewa, marah dan sebagainya.

Satu hal yang aku pelajari, mereka tidak perlu nasihat panjang lebar tentang pekerjaannya dan arahan untuk mencari pekerjaan yang normal. Yang dibutuhkan adalah pengawasan yang berkelanjutan sampai benar-benar lepas dari stigma negatif masyarakat dan bisa hidup normal.

RE:||Maman Suherman||POP||cetakan ketiga, April 2016||vi+160 hal||Ebook Gramedia Digital

Related Posts

Post a Comment