Solo Traveling ke Yogyakarta Menemukan Cerita Ibu Dua Anak

2 comments
Daftar Isi [Tampil]
Solo travelling ke yogyakarta
Solo traveling ke Yogyakarta terjadi karena mendadak agenda yang ingin aku ikuti sudah penuh. Ada influencer yang akan mengadakan sharing di Yogya, aku sudah lupa nama tempatnya apa. Isi pembahasannya tentang jati diri atau mencari beasiswa. Karena telat daftar dan lain sebagainya tetap saja saya nekat pergi ke Yogya sendirian. 
Pertama kali ke Yogya setelah hampir 8 tahunan tidak pernah berkunjung. Meski jarak dari rumah dekat sekali tapi aku tak pernah berniat untuk jalan-jalan ke Yogya. Kebetulan saya sudah izin sama orang tua mau ke Yogya di hari Sabtu. Jadi dengan alasan lain bahwa aku ingin mengunjungi mbah dan teman lama. Maka aku pun diperbolehkan.

Padahal zaman ngekost di Bandung mau pergi ke mana-mana tidak perlu izin hehe. Pegilah hari Sabtu ke stasiun kereta api Kutoarjo. Di sinilah ceritaku bermula dan banyak hal yang ingin aku komentari hehe.


Persiapan Solo Traveling Ke Yogyakarta Ala Pribadi


Aku tipe yang jarang sekali berpergian menggunakan rencana yang terperinci. Biasanya hanya persiapkan poin pentingnya saja. Antara lain :
  1. Siapkan dana yang cukup untuk beli tiket dan akomodasi. Siapkan yang tunai, ya.
  2. Bawa pakaian secukupnya. Hanya bawa pakaian ganti satu set untuk dua malam tiga hari.
  3. Isi pulsa dan data.
  4. Hubungi orang yang mau ditemui. Karena tujuanku adalah bersilahturahim

Perubahan Pembelian Tiket Kereta Api Lokal

Pagi-pagi datang ke loket karcis KA Lokal dan ternyata tidak ada beli karcis Go Show atau langsung. Rasanya kesel banget kok seperti ini, ya. Makanya perlu tanya-tanya info terbaru tentang pembelian tiket. Apalagi akhir pekan tiket Prameks cepat habis terjual. Aku diberi info bahwa untuk pembelian tiket KA lokal semuanya menggunakan aplikasi.

Ya ampun ngeselin banget ini aturan. Aku pun segera mendownload aplikasinya. Ternyata tidak hanya itu harus mengunduh aplikasi pembayarannya pula. Aku harus cek penyimpanan gawai pula. Sibuk hapus ini itu karena sudah tipis. Ternyata mau pesan perlu pergi ke minimarket dulu. Harus top up aplikasi pembayarannya. Syukurlah ada uang tunai yang sengaja aku ambil di depan dekat stasiun.

Setelah semua sudah diunduh terisi saldonya. Tiket prameks adanya sore dan sudah mau habis. Masa aku harus menunggu dari pagi sampai sore. Tidak habis akal mencari tiket dengan KA lain. Dapatlah yang ke Solo langsung harganya lumayan hampir 4 x lipat dari tiket prameks. Ya sudah nasib jadi solo traveling.

Saran

Sebaiknya jangan dipaksakan harus online semua untuk tiket lokalnya. Kasihan lihat bapak tua yang tidak jadi pergi gara-gara ribet mengurus pembelian tiket yang serba online. Belum lagi habis dibooking di hari sebelumnya. Kalau masih bisa beli langsung kan tidak membuat kecewa.

Memang kemajuan teknologi memberikan kemudahan tapi tidak ramah bagi orang yang tidak terlalu melek teknologi. Kalau tidak punya hp android bagaimana? Untuk tiketnya kan bentuknya tiket elektronik. Semoga sudah ada perubahan lagi.

Bertemu Ibu Dua Anak Ketika Menunggu Kereta


cerita seru bersama ibu dua anak
Daripada diam sendirian sambil main HP aku coba untuk mengamati orang-orang yang ada di sekitarku. Akhirnya aku menemukan seorang Ibu yang membawa dua anak laki-laki dan perempuan. Disitulah aku ajak berkenalan dan mengobrol. Sama-sama mengeluhkan karena harus menggunakan aplikasi untuk beli tiketnya. Yang membuat anak-anaknya harus bertanya kapan berangkatnya. 

Kita sudah datang ke stasiun dari jam 07.00 pagi dan kereta berangkat jam 11.00 siang. Waktu yang tidak sedikit untuk menunggu keberangkatan. Apalagi drama beli tiketnya sampai dua jam pula. Syukur aku sendirian, lah ibu ini harus menenangakan dua anaknya yang tidak mau diam.

Aku ajaklah berbicara berbagai hal. Dari mana asalnya, ke mana tujuan di Yogyakarta, berapa hari di sana dll. Dari kisah ibu ini aku mendapatkan pengalaman yang lebih kuat dari diriku sendiri. Aku juga mendapatkan teman untuk bisa berdiskusi berbagai hal. Dari urusan keluarga, anak dan hidup sebagai orang ibu.

Jalan dari Stasiun Tugu sampai Taman Pintar

Tujuan untuk jalan-jalan sama-sama tidak tahu kemana. Kalau tujuan silahturahim sudah tahu masing-masing. Karena aku pertama kali untuk jalan-jalan lagi ke Yogya.

Maka kami memutuskan hanya berjalan kaki ke Malioboro dulu. Turun dari stasiun Tugu ternyata dekat jalan kaki ke sana. Kalau sekarang entah ingat atau tidak hehe.

Hanya sebatas melihat-lihat para pedagang oleh-oleh di pinggir jalan saja. Ternyata menyenangkan juga sekedar jalan-jalan. Karena berangkat jam 11.00 siang sampai dhuhur rasa lapar menghinggapi perut kami. Kami pun memutuskan untuk makan ke tempat kesukaan anak-anak yaitu MCD. Padahal aku seringnya ke tempat satunya hehe. Biar makan bersama aku pun ikuti saja.

Selesai makan kami jalan lagi. Kata si ibu ada taman pintar tinggal jalan saja, siapa tahu buka. Ternyata taman pintarnya tutup. Tapi kami masih bisa menikmati wahananya lebih tepatnya anak-anak. Melihat burung merpati warna putih jadi hiburan anak laki-laki. Bermain air, ayunan, gema suara dan melihat perahu. Tidak banyak tapi cukup mengasyikan. Kami memilih diam disitu sampai waktu menunjukan pukul 16.00 sore hari. Kami pun memilih untuk berpisah.

Ibu dua anak meminta tolong untuk memesankan transportasi online ke rumah saudaranya. Aku memilih ojek online juga untuk menjenguk mbahku. Perpisahan yang meninggalkan jejak perjalanan yang menyenangkan. Aku jadi mengetahui rasanya jalan kaki di Yogyakarta. Semoga mereka sehat selalu.

Hikmah dari Pengalaman Hidup Ibu Dua Anak

Aku lupa nama ibunya dan kedua anaknya. No teleponnya pun kehapus karena waktu itu aku menginstal ulang aplikasi whatsapp. Tapi pengalaman hidupnya memberikan hikmah yang aku butuhkan waktu itu. Aku merasa seperti Allah mengirimkan penyemangat dalam hidupku. Hal apa saja yang aku rasakan antara lain:
  • Tetap semangat melanjutkan hidup meski kehilangan seseorang yang paling penting dalam kehidupan.
Kondisi ini sesuai dengan apa yang sedang terjadi denganku. Aku masih bersyukur orang yang aku sayang masih hidup. Sedang Ibu kehilangan untuk selamanya. Aku hanya kehilangan kebiasaan yang sering dilakukan.
  • Perempuan harus bisa mandiri dan kuat.
Mandiri di sini tidak hanya untuk finansial saja. Mandiri ketika harus menghadapi urusan rumah tangga. Jauh dari suami, karena suaminya bekerja di luar kota. Kuat dalam mendidik anak di tengah keluarga suami yang sering tidak setuju dengan cara mengajarnya.
  • Tidak boleh terlalu bersedih.
Jauh dari suami membuatnya harus tegar mengurus dua anak. Meski kadang tetangga bahkan keluarganya sendiri mencibirnya dan membuatnya sakit hati. Bersedih memang boleh tapi ia tak mau berlarut-larut merasakannya. Bagaimana jadinya kalau sering bersedih? Jika pun bersedih tak ada orang lain yang menolongnya kecuali dirinya sendiri.

Ini seperti aku yang bersedih berlarut-larut. Sakit memang tapi kalau terlalu akan lebih sakit lagi. Tidak hanya psikis tapi fisik pun terasa sakit.
  • Bersyukur dan yakin akan kekuasaaan Sang Pencipta.
Selalu bersyukur akan keadaan yang diterimanya. Bersyukur memiliki anak-anak yang dewasa. Membantunya ketika ibunya sakit. Tidak terlalu rewel untuk meminta ini itu. Yakin bahwa ujian yang ada memang sudah ditakdirkan Allah.
  • Menyengangkan diri sendiri.
Pernah menjadi wanita karir yang memiliki penghasilan sendiri. Pernah tinggal di kota yang mudah banget untuk berpergian karena fasilitas kendaraan umumnya. Harus meninggalkan itu semua dan tinggal di kampung halaman suami kadang kala membuatnya stres. Memkasakan diri harus bisa menyenangkan diri sendiri. Salah satunya pergi ke rumah saudaranya di Yogya. Sekalian mengajak anak-anak jalan-jalan.

Siapa lagi yang menyayangi diri sendiri kalau bukan kita sendiri. Ambil waktu untuk menyenangkan diri sendiri meski hanya sebentar itu sudah memberikan kesenangan yang luar bisa.

Solo traveling ke Yogyakarta yang tidak hanya memberikanku liburan menyenangkan tapi ada hikmah di balik itu semua. Itulah mengapa aku senang sekali jalan-jalan sendiri karena akan menemukan orang-orang yang luar biasa. 

Semua foto hilang karena ganti gawai.
Terima kasih sudah berkunjung.

Related Posts

2 comments

  1. Solo traveling memang penuh kenangan. Tidak perlu rempong juga dengan keinginan orang lain. Apalagi bareng temen yang ribet pengen A pengen B. Wkwkwk

    Thank's for sharing, Kak. Semoga dipertemukan lagi dengan ibu dan dua anaknya yang ada di cerita ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buat rencana tapi gak pernah terjadi hihii
      sama-sama kak

      Delete

Post a Comment