Stereotip yang memiliki arti pandangan umum pada individu atau kelompok tertentu yang bisa negatif maupun positif yang sifatnya subjektif. Pandangan ini bisa benar adanya tapi seringnya keliru. Jauh dari kenyataan yang ada. Bahkan mengada-ada dari kejadian yang sebenarnya. Contohnya sebagai orang Jawa kami kurang diperkenankan untuk memiliki pasangan orang Sunda. Katanya orang Sunda pelit. Padahal setelah tinggal di tanah Sunda baik-baik saja orangnya.
Merantau
adalah orang yang terlahir dan besar pada suatu wilayah berpindah ke daerah
lain untuk melanjutkan kehidupan atau mencari pengalaman atau untuk mengubah
nasib di desa.
Tiap orang
memiliki alasan yang berbeda-beda untuk merantau. Sayangnya padangan orang pada
umumnya memilih merantau adalah menjadi orang sukses. Inilah yang sering
membuat jengah para perantau untuk pulang ke asalnya. Pertanyaan yang sering
didapatkan tentang harta.
Kebiasaan dan Alasan Merantau di Desaku
Merantu sudah
menjadi kebiasan untuk anak-anak desa di kampungku. Ada dua tipe menjadi
perantau yaitu :
- Merantau
Karena Pendidikan
Ini adalah
alasan pertamaku untuk merantau. Aku melanjutkan pendidikan tinggi di kota
Bandung. Umur untuk merantau dengan alasan ini bisa terjadi dari sekolah dasar
atau setelah lulus sekolah dasar. Yang memulai dari sekolah dasar biasanya oleh
orang tuanya di pesantrenkan. Yang memiliki setelah lulus SD untuk melanjutkan
pendidikan di kota kabupaten atau di kota tetangga. Setelah itu mereka akan
merantau sampai pendidikan tinggi, bekerja atau berkeluarga dan bermukim di
tanah rantau.
Dulu di
desaku anak yang merantau karena alasan pendidikan biasanya orang-orang yang
memiliki pemikiran bahwa pendidikan adalah no satu. Jadi tidak semua anak
memiliki fasilitas merantau dari orang tuanya untuk belajar.
- Merantau Karena
Mencari Nafkah
Alasan ini
biasanya dilakukan bagi anak-anak yang
lulus SMA/SMK atau yang tidak mau melanjutkan pendidikan. Jangan heran
setiap lebaran sanak saudara membawa saudara yang ada di desa untuk bekerja di
kota. Sebelum bekerja mereka tinggal dulu bersama sanak famili setelah
mendatapkan pekerjaan mereka berpisah. Mencari tempat tinggal sendiri.
Sampai kapan
meraka akan merantau itu tergantung kondisi orang masing-masing. Ada yang
merantau karena pendidikan akhirnya mencari kerja di kota orang dan menikah di
sana juga. Jarang sekali anak di desa tidak pernah merantau. Ada tapi bisa
dihitung jumlahnya.
Tujuan Merantau
Untuk mencari
kehidupan yang lebih baik. Biasanya fokusnya untuk bekerja dan mengumpulkan
uang yang banyak. Biasanya orang pada umumnya memandang mereka harus memiliki
pekerjaan yang keren, pegawai, di perusahaan yang mentereng misalnya.
Untuk
mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. Tujuan ini lah yang aku lakukan.
Pengalaman berbagai hal yang bisa diambil menjadi anak rantau. Salah satunya
memiliki banyak pengetahuan tentang budaya daerah lainnya.
Stereotip Menjadi Anak Rantau yang Pernah Aku Terima
Aku merantau
untuk pertama kalinya ke provinsi lain lebih tepatnya di kota Bandung. Karena
aku sengaja memilih melanjutkan pendidikan di wilayah yang memiliki budaya
berbeda. Dulu aku tidak tahu istilah untuk alasan lain selain pendidikan. Aku
merantau dengan alasan untuk mendapatkan pengalaman. Pengalaman tinggal di
budaya lain seperti apa, lingkungannya dan orang-orangnya.
Mungkin
pengaruh dari buku yang aku baca. Pengambilan latar yang membuatku pensaran
untuk merasakannya secara langsung. Ternyata setelah di jalani tidak sehoror
yang aku dengar dari orang lain. Karena niat awal yang baik, tekad untuk
pantang menyerah maka semesta membantuku untuk bertemu dengan orang-orang baik.
Agar tidak
ikut steriotipe orang lain maka cobalah untuk tinggal di tempat itu. Seperti yang
aku lakukan untuk mencari kebenaran dari pernyataan yang sering aku dengar. Hasilnya
seperti di bawah ini :
1. Stereotip Merantau di Kota Bandung
- Kenapa wajahnya tidak putihan? Memangnya tinggal di kota harus memiliki kulit yang mulus dan putih. Dasar warna kulitku jawa yang tidak ada pengaruhnya. Tetap warnya coklat.
- Biaya hidup di Bandung pasti mahal banget. Memang kalau sering belanja atau makan yang bergengsi pasti mahal. Kenyataanya masih bisa makan dengan harga Rp 8.000 di warteg. Banyak jajanan murah yang ada di Bandung asal kita mau memilih dan enak. Aku pun pernah mendapatkan sewa kost yang murah di bawah standar pada umumnya. Tapi bangunan masih oke dan lancar airnya.
- Pakaian di Bandung murah-murah. Murah sih tapi itu adanya di Cimol dan Gede Bage. Di sana harganya mulai dari Rp 5.000, tapi baju bekas impor. Banyak juga loh yang menjual lagi dengan harga seperti umumnya. Karena bajunya tidak akan ada yang sama persis.
- Berpakaian harus trendi. Aku memilih untuk cuek soal pakaian. Makanya tidak tergoda untuk membeli baju baru. Dan tidak semua orang Bandung itu harus sering membeli baju baru. Bagaimana kita saja membawa diri. Tidak diprotes kok kalau memang tidak mau mengikuti gaya terbaru.
- Orang Sunda pelit. Wah ini perlu tinggal di Sunda lama deh. Teman dekatku kebanyakan orang Sunda asli. Mereka terbuka banget sama pendatang. Sering menolong, berbagi dan baik banget. Aku pun sampai bisa berbahasa sunda meski belum halus.
- Cewek Bandung suka dunia malam. Wah ini pertanyaan aku dapatkan setelah tinggal di tempat baru lagi. Ada seorang teman yang mengatakan ini. Kaget dong denganpertanyaanya. Teman-temanku sendiri tidak menyukai dunia malam yang negatif. Seringnya pulang malam karena rapat, sekali-kali menikmati udara malam dengan nongkrong low budgetlah di alun-alun Bandung.
- Pasti banyak uangnya dan pekerjaannya keren. Tidak semudah itu teman untuk mendapatkan pekerjaan keren. Karena aku mengalami sendiri dan melihat orang rantau yang ada di Bandung. Sama saja mencari pekerjaan untuk menyambung hidup.
Seperti itulah
kira-kira yang pernah aku dengar dari orang lain ketika merantau di tanah
Sunda. Bagaimana dengan perantauanku yang kedua di luar pulau Jawa?
2. Stereotip Merantau Ke Luar Pulau
Merantau
kedua alasannya ingin merasakan tinggal di lua pulau Jawa. Terdamparlah aku di
pulau Lombok. Alasan lainnya ingin mengetahui budaya baru. Senang rasanya bisa
mengetahui dan merasakan budaya daerah lain. Karena itu aku tidak mau merantau
ke kota Jakarta.
- Stereotip pertama adalah di luar pulau karena diterima menjadi PNS. Ini sering aku dengar jika keluar pulau Jawa agar menjadi PNS mudah. Kenyataanya aku bukanlah untuk mengejar menjadi pagawai. Sebagai karyawan swasta yang memberikanku kesempatan tinggal di sini.
- Dikira bekerja di perusahaan tambang. Perusahaan ini aku pun baru mendengar setelah tinggal di Lombok sebelumnya hanya tahu di Papua.
Aku ke pulau
sini bukan karena sebagai PNS maupun karyawan perusahaan ternama. Pandangan ini yang sering
membuatku malas untuk menjelaskan
mengapa aku tidak seperti itu. Alasan menjadi anak rantu, iya karena ingin
memiliki banyak pengalaman di daerah yang berbeda. Aku pun lebih senang menjadi perantau. Senang menjelajahi daerah lain, belajar bahasa daerah baru, belajar adat baru, belajar kebiasaan baru dan lainnya. Ini semua
alasan dan membuatku tertantang untuk merantau. Apapun tanah rantau yang
dituju tetaplah junjung adat yang kita tempati dan jangan melupakan adat asal.
Terima kasih sudah berkunjung ke blogku.
Jadi mbak.. akupun penasaran apa hal yang paling membuat mba bisa sampai Lombok? Jangsn-jangan nanti lebih krasan disana? Ehhehehe
ReplyDeleteTunggu cerita selanjutnya hehehe
DeleteTunggu cerita selanjutnya hehehe
DeleteHalo Mbak Vi...Aku di Bandung. Seneng ya merantau. Aku sih dulu pindah² bukan merantau, tapi ikut Ayah yg pindah tugas. Kapan² pengen ke Lombok lagi. Aku baru sekali ke sana. Cerita lg dong ttg Lombok.
ReplyDeleteYeay tinggal di Bandung dan pernah tinggal di Lombok
Delete