Bancakan Tradisi Selamatan Weton Anak yang Hampir Punah

Post a Comment
Daftar Isi [Tampil]
bancakan tradisi selamatan weton anak
Bancakan tradisi selamatan weton anak yang dulu sering aku datangi. Sebelum waktu mengaji setelah maghrib biasanya ada temanku yang mengundang untuk bancakan. Dia ini disuruh oleh orang tua yang anaknya sedang diberi selamatan. Setelah selesai bancakan aku akan berangkat mengaji ke masjid.

Bancakan weton adalah tradisi selamatan yang dilakukan oleh orang Jawa. Weton adalah hari kelahiran anak berdasarkan hari dan pasarannya. Nama weton ada lima yaitu kliwon, legi, pahing, pon dan wage. Jadi bancakan itu akan dilakukan jika hari pasaran anak datang. Misalnya anak lahir di weton kliwon dan hari Jum’at. Untuk selamatannya dilakukan setiap hari Jum’at weton kliwon.

Selain sebagai hari kelahiran. Ada yang masih meyakini bahwa weton bisa digunakan untuk standar mencari jodoh, menentukan tanggal pernikahan atau mencari peluang usaha. Untuk urusan seperti ini menggunakan primbon jawa.

Cara dan Bentuk Bancakan Tradisi Selamatan Weton Anak


Caranya orang tua anak meminta anak orang lain untuk membantu memanggil anak-anak yang ada disekitarnya. Anak yang akan mendapatkan jatah bancakan dari bayi sampai sekolah dasar. Kalau sudah SMP mereka sudah malu untuk datang. Terus kalau bayi bagaimana datangnya? Biasanya akan diantarkan bancakannya.

Kalau anak-anak sudah berkumpul duduk bersila. Di depannya akan ada nasi beserta lauknya yang disimpan di atas nampan bambu. Bapak dari anak yang bancakan akan memimpin doa diiringi dengan aminan anak-anak.

Bentuk bancakan yang dulu sering aku dapatkan menggunakan alas daun pisang. Daunnya ini dibuat seperti mangkok yang memanjang. Setelah didoakan, semua akan mendapatkan satu mangkok daun penuh berisi nasi serta lauk pauknya. Makanan bancakan ini disebut takir.

Biasanya yang memiliki hajat akan memasak nasi, lauk semacam tempe goreng, serundeng, telor rebus, oseng-oseng dan lain sebagainya. Telornya dulu satu dibagi empat. Karena anak-anak masih ramai.

Orang yang masih sealamat bancakan biasanya dari umur bayi sampai dewasa. Atau sebelum berumah tangga. Orang tua akan terus mendoakan anaknya agar selalu selamat dari berbagai hal. Tidak ada yang paten sampai umur berapa anak masih diberi selamatan. Ada juga yang sampai sekolah dasar, SMP atau SMA. Bagaimana orang tuanya saja yang mau melakukan.

Kepunahan Bancakan


Bancakan mulai punah sejak orang tua sudah jarang melakukan tradisi ini. Lama kelamaan anak kecil sudah tidak ada. Mereka tumbuh besar dan mulai merantau ke kota atau daerah lain. Tidak ada lagi anak yang mau datang karena sepi. Lambat laun bancakan berubah dari yang mengundang anak-anak datang menjadi mendatangi setiap rumah tetannga.

Berkembangnya informasi menyebabkan untuk melestarikan budaya ini hilang. Apalagi tidak ada orang tua yang memberi tekanan bagi penerusnya untuk melanjutkan tradisi. Ibu-ibu muda zaman sekarang sepertinya sudah tidak mau melakukannya.

Bagaimana proses perubahanya dibagikan ke tetangga terdekat. Masih menggunakan takir mangkok daun pisang. Kemudian beralih ke piring. Selain nasi dan lauk pauk ada juga diberi tambahan jajanan ringan atau permen bahkan ada uangnya dua ribuan.

Lambat laun orang malas untuk memasak akhir berubah menjadi isntan yaitu berbagi dengan uang ke anak kecil yang ada di sekitarnya. Cukup jauh sekali perubahannya. Orang tuaku pun sudah jarang melakukan selamatan wetonan.

Selamatan wetonan jika tetap dilestarikan memiliki makna yang luar biasa. Bahwa kelahiran kita adalah sebuah rasa syukur dengan berbagi pada orang lain. Berharap tradisi-trasdisi yang masih relevan dengan zaman sekarang masih dilakukan. Inilah pengalamanku tentang bancakan tradisi selamatan weton anak. 

Related Posts

Post a Comment